 |
| Pembawa Acara Mona El Sharkawi menunjukkan sepatu sumbangan Messi |
Tertawa saya membaca berita hari ini. Mengenai sepatu Lionel Messi yang menjadi kontroversi di Mesir. Ini adalah salah satu contoh bagaimana niat baik bisa menuai kecaman. Niat mau menyumbangkan sepatunya untuk amal, Lionel Messi malah dihujani kemarahan oleh warga Mesir.
Peristiwa ini dimulai saat pemain Barcelona ini diwawancarai penyiar Mona el Sharkawi dari stasiun televisi MBC Mesir dalam acara Yes Iam Famous. Pada akhir acara Messi menyumbangkan sepatu sepak bola untuk dilelang dan uangnya digunakan untuk kepentingan sosial. Memang sudah biasa acara ini diakhiri dengan sumbangan dari narasumber yang diundang.
Mona el Sharkawi kemudian mengangkat sepatu Lionel Messi tersebut dan menunjukkannya di depan kamera sambil mengeluarkan pujian dan ucapan terima kasih. Momen inilah yang kemudian dianggap melecehkan dan segera memicu gelombang kemarahan.
Niat baik Messi itu ditanggapi dan dikomentari dengan kemarahan oleh beberapa tokoh penting di Mesir terutama orang orang di parlemen. Bagi warga mesir, dan warga arab secara umum. Menyumbangkan sepatu bekas dianggap sebuah penghinaan.
Anggota parlemen lokal Mesir Said Hasasin menanggapi donasi Messi itu dengan melepas sepatunya memperlihatkannya ke kamera dan mengatakan dia akan menyumbangkan sepatunya itu untuk warga miskin Argentina.
"Sepatu siapa yang ingin anda jual messi berapa banyak uang yang akan didapat. Tidakkah anda tahu kuku bayi mesir lebih mahal daripada sepatumu. Simpan sepatumu untuk dirimu sendiri. 90 juta warga mesir memiliki hargavdiri dan memiliki sepatu.
Demikianlah ungkapan kemarahan Said Hasasin. Ia lebih menerima sumbangan berupa seragam Barcelona.
" Warga Mesir mungkin tidak makan. Tetapi mereka memiliki harga diri. Kami warga Mesir tidak pernah dipermalukan seperti ini selama tujuh tahun peradaban".
Messi tidak menanggapi kontroversi itu. Namun seorang pemain sepakbola internasional dari Mesir Mido Hosham menulis di akun twittetnya :
benda paling berharga bagi penulis adalah pena, dan bagi pelukis adalah kuasnya dan bagi pesepakbola adalah sepatunya. Saya harap kita menghentikan tuduhan yang salah ini.